Rayuan Pulau Kelapa
PAMERAN SENI MODERN
Dikuratori oleh Hendra Himawan
Hingga 30 April 2023
Keindahan bentang alam Hindia Belanda menjadi bagian penting dalam mobilisasi masyarakat Eropa ke Hindia Belanda lewat industri pariwisata. Didukung dengan perbaikan transportasi dan komunikasi Internasional, berikut deregulasi undang-undang imigrasi pemerintahan kolonial, berduyunlah pelancong Eropa yang menyertakan para seniman yang terpukau dengan rayuan pulau kelapa, imaji dan kisah eksotika Timur, serta impresi pantulan cahaya tropis di atas kontur panorama. Kelindan antara imajinasi akan alam dan anggapan mengenai masyarakat Hindia Belanda-lah yang kemudian menjadi akar kemunculan genre Mooi Indi& sebagai bentuk utopia imajiner. Hal ini pula yang kemudian
ditunjukkan kepada dunia Internasional. Sejumlah pameran dunia dan expo kolonial di Eropa menyertakan karya para seniman dalam genre pemandangan alam, dimana tema gunung dan lembah hijau tanah Hindia Belanda menjadi satu hal yang popular. Komponen Trimurti (Tiga Kesatuan Suci) dalam corak lukisan Mooi Indie, melalui visualisasi gunung, pohon kelapa dan persawahan, menjadi penanda penting dalam pertumbuhan selera kolonial. Visi estetik kelas menengah Eropa di Hindia Belanda yang cenderung romantik ini kemudian menyebar luas menjadi tren estetika bagi masyarakat pribumi kelas atas. Adanya asimilasi budaya juga turut mempengaruhi selera estetika kaum pribumi ini. Mereka menjadikan lukisan pemandangan alam sebagai bagian dari gaya hidup dan penanda status sosial.
Perihal corak lukisan dan stilistika karya terdapat perbedaan yang mencolok antara seniman Belanda dan seniman pribumi dalam merepresentasikan landskap. Karakter lukisan kolonial Belanda cenderung konservatif dan menghindari trend baru yang sedang berkembang di Eropa. Sementara di sisi lain, para seniman Hindia Belanda justru banyak menyerap gaya dan tehnik Barat dalam perbendaharaan visual mereka, Sebagaimana yang dilakukan Raden Saleh hingga para seniman generasi setelahnya. Ketika kurun akhir kolonialisme, beberapa seniman Indonesia mulai terlibat dalam dialog politik dengan gaya lukisan Mooi Indi€ yang secara tegas menunjuknya sebagai sisa kolonialisme budaya yang berbahaya. Panorama indah gunung dan sawah telah menyangkal kekerasan pemerintahan kolonial, dan realitas pribumi yang terjajah. Meski kritik ini ditarik terlampau romantik, fase ini menjadi penanda penting dalam perkembangan seni lukis modern Indonesia, dimana lukisan pemandangan alam menjadi pemantik sekaligus medan amuk estetik, ideologi dan politik.
Setelahnya, dalam kurun perkembangan seni rupa modern Indonesia, muncul kecenderungan untuk menggeser lukisan sebagai pernyataan ‘saya’ ke pertanyaan ‘siapa saya. Seniman Indonesia pada akhirnya menempuh persoalan identitas ini dengan menyerap sedemikan banyak pengaruh kolonial. Menghayati landskap dan mempelajari teknik Barat, hingga perlahan-lahan menciptakan gaya dan representasi mereka sendiri. Mereka memilih subjek lain seperti mistisisme, spiritualisme dan memasukkan simbol dan elemen dari seni tradisional dalam pelukisan pemandangan alam. Maka dapat kita telusuri bagaimana corak dan gaya ungkap pemandangan alam menemukan pola yang beragam dalam karya para seniman Indonesia. Sebagai sebuah objek sosial, senyatanya lukisan pemandangan alam sebagai sebuah karya seni yang ‘turun temurun’ hingga kini merupakan bentuk sinekdose (menyebut secara keseluruhan) dari sebuah pengalaman sosial yang menyeluruh, karena pada prakteknya ia hadir dari sekian negasi dan negosiasi. Pada akhirnya, lukisan pemandangan alam Hindia Belanda/ Indonesia merupakan pijakan penting dalam membaca jejak perkembangan sejarah seni rupa di Indonesia (dan mungkin Asia Tenggara). Lahir mengiringi dinamika sejarah, perjumpaan dengan modernisme, hingga penumbuhan gagasan atas nasionalisme. Lukisan pemandangan alam, menjadi satu tanggapan penting dalam pembentukan bangsa Indonesia.
Hendra Himawan
Kurator