Kei Imazu Lahir di Yamaguchi, 1980. Tinggal dan bekerja di Bandung, Indonesia. Imazu menggunakan berbagai sumber untuk citra dalam karya seninya: dari mahakarya terkenal, katalog museum bergambar, ensiklopedi, dan bahkan foto sepele yang ditemukan di media sosial. Mengambil gambar-gambar ini dan mengeditnya di Photoshop, dia membuat sketsa awal sebagai persiapan untuk lukisan cat minyak yang akan dibuatnya. Metodenya hampir bertentangan dengan karya yang dia hasilkan; sapuan kuas yang energik dan tampaknya bebas sebenarnya telah diatur sebelumnya dengan menggunakan perangkat lunak digital yang tersedia untuknya. Glitches, yang diciptakan oleh pemrosesan data yang berat, dan gambar jendela perangkat lunak yang tampak akrab, hal-hal yang kita lihat sehari-hari, telah menjadi motif yang mencolok dalam lukisannya. Perkembangan teknologi selalu membawa perubahan persepsi manusia, terutama dalam kaitannya dengan seni bahkan sejak zaman prasejarah. Karya Imazu baik dalam penciptaannya maupun dalam perwujudan akhirnya adalah cerminan dari hal ini. Namun, di tengah percepatan perkembangan grafis komputer dan ponsel pintar – hal-hal yang sekarang dianggap penting – karya Imazu berupaya memperoleh sudut pandang terbaru tentang sejarah seni dengan mencakup kesadaran diri dan reaksi terhadap arena spasial saat ini dan objeknya. Melalui gambar-gambar yang terdistorsi dan terjalin yang tergambar di atas kanvas, pemirsa menyaksikan jejak lama sang seniman melakukan perenungan mendalam tentang gagasan melukis itu sendiri. Pada tahun 2009, Imazu dianugerahi Penghargaan Keunggulan di VOCA, dan Penghargaan Dorongan di Penghargaan Kinutani Koji ke-5. Lukisan miliknya yang panjangnya lebih dari 4 meter baru-baru ini diakuisisi oleh Institut Seni Minneapolis pada tahun 2017. Pada tahun 2020, Prix Jean François Prat (Prancis), hadiah untuk mempromosikan lukisan kontemporer menominasikannya sebagai finalis.