Melati Soeryodarmo

TRANSACTION OF HOLLOW

Video Documentation

2016

Dalam karyanya Transaction of Hollows, Suryodarmo menembakkan anak panah ke dinding galeri menggunakan busur Jawa. Dalam satu pertunjukan, dia menembakkan 800 anak panah hingga jari-jarinya mulai berdarah.

Dengan video gerakan slow motion merupakan langkah-langkah manusia dalam mencapai tujuan hidup. Gerakan slow motion ini merupakan proses, berpikir, berjalan, dan mencapai tujuan hidup kita.

______________

Melati Suryodarmo (lahir 12 Juli 1969) adalah seniman pertunjukan durasional Indonesia. Penampilan fisiknya yang menuntut menggunakan gerakan berulang dan sering berlangsung selama berjam-jam, terkadang mencapai “tingkat absurditas faktual”. Suryodarmo telah tampil dan berpameran di seluruh Eropa dan Asia serta di Amerika Utara. Lahir di Surakarta, ia kuliah di Universitas Padjadjaran, lulus dengan gelar hubungan internasional sebelum pindah ke Jerman. Dia tinggal di sana selama 20 tahun, mempelajari seni pertunjukan di Universitas Seni Braunschweig dengan koreografer Butoh Anzu Furukawa dan seniman pertunjukan Marina Abramović. Suryodarmo kemudian kembali ke Indonesia dan mendirikan Undisclosed Territory, sebuah festival seni pertunjukan tahunan. Dia adalah wanita pertama yang menjabat sebagai direktur artistik untuk Jakarta Biennale. Suryodarmo disebut sebagai “salah satu seniman pertunjukan paling terkenal yang muncul dari Indonesia.” Pada tahun 2022, ia dianugerahi Penghargaan Bonnefanten untuk Seni Kontemporer (BACA) kesebelas oleh Bonnefantemuseum. Kehidupan awal dan pendidikan Melati Suryodarmo lahir pada 12 Juli 1969 di Surakarta, Indonesia. Ibunya, seorang penari tradisional Jawa, meninggal ketika dia masih muda.Ayahnya, Suprapto “Prapto” Suryodarmo,[5] adalah seorang pelaku meditasi dan praktisi Amerta. Melati telah menjadi penari sejak dia masih kecil. Dia belajar Tai Chi sejak dini dan mulai belajar mediasi Sumarah pada usia 11 tahun. Suryodarmo kuliah di Universitas Padjadjaran di Bandung. Dia berpartisipasi dalam demonstrasi mahasiswa melawan rezim Suharto pada akhir 1980-andan merupakan bagian dari perkumpulan mahasiswa bawah tanah.Dia lulus dengan gelar dalam hubungan internasional dan politik pada tahun 1993. Suryodarmo terlibat dalam pertunjukan teater dan tari dari tahun 1988 hingga 1995 Suryodarmo meninggalkan Indonesia pada tahun 1994, pindah ke Braunschweig, Jerman. Dia mendapatkan pekerjaan retouching foto dan berencana untuk melanjutkan studinya dalam hubungan internasional. Menyusul pertemuan kebetulan di kebun raya kota dengan koreografer Butoh Jepang Anzu Furukawa, Suryodarmo mengembangkan minat dalam seni pertunjukan. Ia mempelajari seni pahat dan seni pertunjukan di Braunschweig University of Art di bawah Furukawa, yang ia gambarkan sebagai “pengaruh terbesarnya dalam berpikir.” Selain mempelajari Butoh dari Furukawa, Suryodarmo juga mempelajari koreografi, desain kostum, dan pementasan. Pada tahun 1996, dia adalah bagian dari pertunjukan tari Kashya-kashya Muttiku dengan Yuko Negoro di FBZ di Braunschweig. Suryodarmo kemudian mengambil kelas dari artis pertunjukan Marina Abramović. Suryodarmo menerima gelar seni rupa pada tahun 2001 dan MFA dalam seni pertunjukan pada tahun 2002. Dia kemudian bekerja sebagai asisten Abramović. Suryodarmo tampil sebagai “instalasi hidup” bersama mantan profesornya pada Venice Biennale 2003. Suryodarmo juga belajar time-based art dengan Mara Mattuschka.